Category Archives: Khutbah Idul Adha

MAKNA SOSIAL QURBAN

MAKNA SOSIAL QURBAN

 الله أكبر ×٩  الله أكبر كبيرا والحمد الله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا. لاإله إلا الله والله أكبر. الله أكبر ولله الحمد. اَلْحَمْدُلله الَّذِيْ جَعَلَ هَذَا الْيَوْمَ عِيْدًا لِلْمُسْلِمِيْنَ وَجَعَلَ عِبَادَةَ الْحَجِّ وَعِيْدَ الأَ ضْحَى مِنْ شَعَائِرِالله: وَإِحْيَائِهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوْبَ. أشْهَدُ أنْ لاَ إلَهَ إلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً مُوَصِّلَةً اِلَى دَارِ السَّلاَم. وَأشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَ ألِهِ وَصَحْبِهِ وَبَارَكَ وَسَلَّمْ.  أمابعد :

اَيُّهَاالْحَاضِرُوْنَ اْلكِرَامُ. رَحِمَكُمُ اللّهُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُؤْمِنُوْنَ الْمُتَّقُوْنَ، وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى، حَيْثُ قَالَ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَـنِ الرَّحِيْمِ: إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرْ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَنْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَالاَبْتَرْ .  الله أكبر  ×٣

 Jamaah Sholat  Ied yang dimulyakan Allah !

Puji dan syukur yang sedalam-dalamnya, dengan penuh perasaan gembira, kita sanjungkan kehadirat Allah swt. Tuhan yang telah memanjangkan usia kita, sehingga di pagi yang ceria ini kita dapat berkumpul bershaf-shaf di masjid At-Taqwa yang penuh barokah ini.

Pada hari ini, Allah Azza Wa Jalla memperlihatkan kemulyaan dan keagungan-Nya, dimana seluruh umat TAUHID di segenap penjuru dunia, bersedia untuk bangkit secara serentak menggemakan dan mengumandangkan takbir, tahlil dan tahmid :

Allahu Akbar, Allahu Akbar Wa Lillahil Hamd…,

Mengumandangkan takbier (yang kita lakukan sejak tadi malam), bukan sekedar latah terbawa arus,… akan tetapi merupakan ledakan keyakinan dan pendirian yang terkadang seperti mengendap jauh ke dalam,… tertindih oleh pelbagai macam beban mental yang cukup menyiksa. Berteriak dengan suara lantang bersama-sama mengagungkan Asma Allah sepanjang hari sungguh sangat melegakan…

Allahu Akbar, Allahu Akbar Wa Lillahil Hamd…,

Jamaah Shalat Id rahimakumullah,

Hari Raya Idul Adha atau qurban di Indonesia merupakan hari raya besar kedua setelah Idul Fitri. Sebaliknya, bagi masyarakat Muslim-Arab di Timur Tengah, Idul Adha adalah hari raya besar pertama. Sedangkan Idul Fitri sebagai hari raya biasa.

Idul Adha dilihat sebagai hari besar, karena di dalamnya telah merekam kejadian penting, yaitu peristiwa penyembelihan Ismail oleh ayahandanya Nabi Ibrahim. Peristiwa tersebut merupakan batu ujian ketaatan Ibrahim kepada Allah swt. Yang di kemudian hari, pengurbanan ini menjadi tradisi bagi umat Islam untuk menyembelih hewan qurban baik berupa kambing maupun sapi setiap tanggal 10 Dzulhijah dan hari-hari tasyrik (11,12 dan 13 Dzulhijjah).

Sejarah berqurban diawali pada saat Nabi Ibrahim merasakan kesepian karena hingga umurnya mencapai satu abad tak kunjung dikaruniai anak. Kemudian Nabi Ibrahim berdoa, memohon kepada Allah:

“Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.”

Selang beberapa waktu, Allah menjawab keluh kesah Ibrahim dengan mengaruniakan seorang putra bernama Ismail melalui hamba perempuannya yang bernama Hajar.

Namun di tengah kebahagiaan dan kegembiraannya itu, Allah kembali menguji Ibrahim dengan perintah melalui mimpi untuk menyembelih anak yang dikasihinya. Wahyu tersebut adalah perintah Allah, Ibrahim tidak dapat mengelak dari-Nya.

Allahu Akbar, Allahu Akbar Wa Lillahil Hamd…,

Ma’asyiral muslimin, jamaah Shalat Ied yang dimulyakan Allah !

Ibrahim menghadapi dua pilihan: “menyelamatkan” Ismail putranya, atau mentaati perintah Allah dengan mengorbankannya. Ia harus memilih salah satu. Antara “Cinta” dan “kebenaran” berperang di dalam batinnya. Untuk memecahkan persoalan ini, kemudian Ibrahim mendialogkan dengan anaknya;

 “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.

Dengan berat hati, Ibrahim menimbang-nimbang, barulah ia yakin akhirnya  tipu daya setan pun tidak dapat menghancurkan keteguhan hatinya. Maka diajaklah putranya ke lembah Mina untuk melaksanakan perintah Allah. Ismail dibaringkan seperti layaknya seekor hewan yang hendak dipotong. Ketika pisau menyentuh leher Ismail, segeralah Allah berseru yang artinya:

“Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.”

artinya :

”Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian.”

Inilah kisah Ibrahim dan putranya Ismail yang kemudian menjadi tradisi bagi kaum muslimin untuk menyembelih seekor domba.

Allahu Akbar, Allahu Akbar Wa Lillahil Hamd…,

Ma’asyiral muslimin, jamaah Shalat Ied yang berbahagia !

Qurban —yang secara harfiah berarti mendekatkan— dimaksudkan mendekatkan diri pada Tuhan, dengan cara mendekatkan diri kepada sesama manusia, khususnya mereka yang sengsara. Ibadah qurban—mencerminkan pesan Islam: Kita mendekatkan saudara-saudara kita yang kekurangan, saudara-saudara kita yang fakir. Bila kita memiliki kenikmatan, kita disuruh berbagi kenikmatan itu dengan orang lain. Bila puasa, kita merasakan lapar seperti orang miskin. Maka ibadah qurban mengajak mereka untuk merasakan kenyang seperti kita.

Dengan demikian, berqurban minimal memiliki dua makna, pertama, makna sosial.

Untuk membangun makna ini Rasulullah menegaskan dalam sebuah hadisnya.

مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِىٍّ فَلاَ يَقْرَبَنَّ مُصَلاَّنَا

 “…Barang siapa yang ada kemampuan, tetapi ia tidak berqurban, maka jangan sekali-kali ia mendekati tempat shalat kami.”

Dengan ini, Nabi ingin mendidik umatnya agar memiliki kepekaan terhadap sesamanya. Dengan berqurban berarti kita telah menumbuhkan solidaritas sosial.

Rasulullah mengajarkan kita untuk memiliki jiwa sosial. Pada setiap hari raya Idul Adha beliau membeli dua ekor domba yang gemuk, bertanduk, berbulu putih bersih, bagus fisiknya dan tidak cacat. Kemudian setelah salat dan khutbah beliau menyembelih seekor seraya berkata”…Ya Allah terimalah ini dari Muhammad dan keluarga Muhammad. Lalu Nabi menyembelih seekor lagi dengan berkata:…Ya Allah terimalah ini dari umatku.”

Rasulullah telah menyembelihkan seekor domba bagi umat Islam yang tidak mampu berqurban. Inilah model Rasullullah di dalam memberikan suri tauladan bagi umatnya, yaitu agar memiliki Islam sosial bukan Islam individual.

Ma’asyiral muslimin, jamaah Shalat Ied rahimakumullah !

Makna yang kedua, bahwa apa yang diqurbankan tidak boleh menusia tetapi sifat kebinatangan yang ada dalam diri manusia, semacam rakus, ambisi yang tak terkendali, menindas, menyerang dan tidak mengenal hukum dan norma apapun.

Menurut Dr. Ali Syariati, Ismail sesungguhnya merupakan simbol dari setiap sesuatu yang melemahkan iman kita, setiap sesuatu yang menghalangi “perjalanan kita”, setiap sesuatu yang membuat kita memikirkan kepentingan sendiri, setiap sesuatu yang membuat kita tidak dapat mendengarkan perintah Allah dan menyatakan kebenaran, setiap sesuatu yang memaksa kita untuk “melarikan diri”, setiap sesuatu yang membutakan mata dan telinga kita. Ismail merupakan simbol dari seorang manusia, benda, pekerjaan kita, keahlian kita, kepuasan nafsu seksual kita, realita, pangkat, kedudukan dan kekuasaan kita serta semua “kelemahan diri kita”.

Semua sifat dan kelemahan inilah yang harus dikorbankan, yang harus disembelih dan ditiadakan, demi mencapai qurban (kedekatan) diri kepada Allah Swt. Itu sebabnya Allah mengingatkan;

“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.”

Inilah sebagian kecil dari butir-butir makna intrinsik “idul Qurban” yang dapat kita implementasikan (dipedomani untuk dipraktekkan di tengah-tengah kehidupan kita). Tentu kesemuanya berpulang kepada kita masing-masing, sampai sejauh mana kepedulian kita memetik butir-butir makna tadi. Selamat Hari Raya Idul Adha 1430 H.

Semoga kita semua, khususnya yang melaksanakan sholat Ied di masjid ini, selalu mendapatkan hidayah, ma’unah dari Allah SWT. Sehingga tergolong hamba-hamba-Nya yang tetap istiqomah menjalankan nilai-nilai iman dan taqwa secara konsekuen dan lestari. Amien ya Rabbal ‘Alamien.

 بَارَكَ اللّهُ لِى وَلَكُمْ فِى الْقُرْانِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِىْ وَاِيَاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الايَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ.  وَتَقَبَّلَ مِنِّىْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَّهُ هُوَالْغَفُوْرُالرَّحِيْمُ.