Mengukir Prestasi dihadapan Ilahi

Mengukir Prestasi Dihadapan Ilahi

اَلْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِى مَنَّ عَلَيْنَا بِفَضْلِهِ الْعَمِيْمِ. إِذْ مَنَّ عَلَيْنَا بِمُحَمَّدٍ اَفْضَلُ الْخَلْقِ فَهَدَانَا اِلى دِيْنِ الْحَقِّ وَالصِّرَاطِ الْمُسْتَقِيْمِ. اَشْهَدُ اَنْ لاَاِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ الْكَرِيْمُ الْحَلِيْمُ. وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًاعَبْدُه وَرَسُوْلُه وَحَبِيْبُه وَخَلِيْلُهُ الَّذِىخُصَّ بِالْخُلُقِ الْعَظِيْمِ. صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَعَلى آلِه وَاَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ فَازُوْامِنْهُ بِالْحَظِّ الْجَسِيْمِ. (امّابعد)

اَيُّهَاالْحَاضِرُوْنَ اْلكِرَامُ. رَحِمَكُمُ اللّهُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُؤْمِنُوْنَ الْمُتَّقُوْنَ، وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى، حَيْثُ قَالَ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَـنِ الرَّحِيْمِ:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.

Ma’asyiral muslimin arsyadakumullah …

Pada kesempatan yang baik ini, marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah Ta’ala yang telah memberikan taufiq serta hidayahNya, sehingga kita masih dalam keadaan Iman dan Islam…

Selanjutnya, dari atas mimbar Jum’ah ini, saya wasiatkan kepada diri saya sendiri berikut jama’ah sekalian, marilah, dari sisa-sisa waktu yang Allah berikan ini, kita gunakan untuk selalu meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah, yaitu dengan senantiasa memperhatikan syariat Allah, kemudian kita aplikasikan dalam setiap derap langkah hidup kita hingga akhir hayat. Baik berhubungan dengan hal-hal yang wajib, sunnah, haram, makruh, maupun yang mubah. Karena, dengan ukuran inilah prestasi seorang manusia dinilai di hadapan Allah.

Ma’asyiral muslimin, jama’ah Jum’ah rahimakumullah

Telah dimaklumi bahwa, manusia pada mulanya berasal dari dua orang sejoli, Nabiyullah Adam dan ibunda Hawa. Daripadanya berkembang menjadi banyak bangsa bahkan suku. Kemudian semua manusia di negara manapun dinisbatkan kepada beliau berdua. Dalam hal ini Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 13 :

$pkš‰r’¯»tƒ â¨$¨Z9$# $¯RÎ) /ä3»oYø)n=yz `ÏiB 9x.sŒ 4Ós\Ré&ur öNä3»oYù=yèy_ur $\/qãèä© Ÿ@ͬ!$t7s%ur (#þqèùu‘$yètGÏ9 4 ¨bÎ) ö/ä3tBtò2r& y‰YÏã «!$# öNä39s)ø?r& 4 ¨bÎ) ©!$# îLìÎ=tã ׎Î7yz ÇÊÌÈ

artinya: “Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Disebutkan dalam ayat ini bahwa kedudukan manusia di hadapan Allah adalah sama, yang membedakan di antara mereka adalah dalam urusan diin (agama), yaitu seberapa ketaatan mereka kepada Allah dan RasulNya.

Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:

لَيْسَ لأَحَدٍ عَلَى أَحَدٍ فَضْلٌ إِلاَّ بِالدِّيْنِ أَوْ عَمَلٍ صَالِحٍ. (رواه البيهقي).

“Tidaklah seseorang mempunyai keutamaan atas orang lain, kecuali karena diinnya atau amal shalih.”

 

Ma’asyiral muslimin jama’ah Jum’ah rahimakumullah …

Saat ini, kehidupan manusia telah berkembang dengan pesat dalam segala aspeknya. Dari segi jumlah mencapai milyaran, dari sisi penyebaran, ratusan bangsa bahkan ribuan suku yang masing-masing mengembangkan diri sesuai potensi yang bisa dikembangkan.

Darinya pula muncul beragam bahasa, adat istiadat, budaya dan lain-lain, termasuk teknologi yang mereka temukan.

Ma’asyiral muslimin, jama’ah Jum’ah rahimakumullah …

Tak pelak, dari perkembangan tersebut menimbulkan rasa gembira, puas, bangga, bahkan lebih dari itu, kadang menjadi sombong. Sebagai contoh, negara yang maju, negara yang kuat merasa lebih baik dan harus diikuti (ditakuti) oleh negara yang lain. Orang kaya merasa lebih baik dari yang miskin, orang yang mempunyai jabatan dan kedudukan (tertentu yang lebih tinggi) merasa lebih baik dan merasa lebih pantas untuk diikuti oleh yang lain dalam segala tuntutannya. Bahkan kadang-kadang, orang yang ditakdirkan Allah mempunyai “kelebihan” dari orang yang ditakdirkan “kekurangan” itu menyuruh (memaksa)nya untuk mengerjakan hal-hal yang menyalahi ajaran agama Allah.

 

Ma’asyiral Muslimin, Jama’ah Jum’ah rahikumullah …

Begitulah kecenderungan manusia dalam memenuhi hasrat hidupnya, kadang (atau bahkan sering) tidak mempedulikan perintah atau larangan Allah. Padahal dari aturan agama inilah manusia diuji oleh Allah menjadi hamba yang taat atau maksiat. Dengan parameter ini pula pada saatnya nanti akan dimintai pertanggung-jawabannya.

Tetapi sekali lagi, karena tipisnya ikatan manusia dengan syariat Allah, manusia banyak yang tidak menghiraukan halal atau haram, karena memang manusia “tidak punyak hak” untuk menghalalkan atau mengharamkan sesuatu, kecuali kembali kepada syariat agama Allah. Karenanya banyak manusia terjerembab ke lembah kedurhakaan dan jatuh ke lumpur dosa. Bahkan tidak menutup kemungkinan, para pelakunya tidak merasa berbuat dosa, atau malah bangga dengan “amal dosa” itu, na’udzubillah.

 

Kita renungkan syair seorang tabi’in Abdullah Ibnul Mubarak:

 

رَأَيْتُ الذُّنُوْبَ تُمِيْتُ الْقُلُوْبَ وَيُوْرِثُكَ الذُّلَ اِدْمَانُهَا، وَتَرْكُ الذُّنُوْبِ حَيَاةُ الْقُلُوْبِ وَخَيْرٌ لِنَفْسِكَ عِصْيَانُهَا.

“Aku lihat perbuatan dosa itu mematikan hati, membiasakannya akan mendatangkan kehinaan. Sedang meninggalkan dosa itu menghidupkan hati, dan baik bagi diri(mu) bila meninggalkannya”

Prestasi manakah yang akan kita ukir? Prestasi barrun, taqiyyun, karimun (baik, taqwa, mulia)! Ataukah prestasi fajirun, syaqiyun, dzalilun (ahli maksiat, celaka, hina) Dalam hal mana? Yaitu sejauh mana kita menyikapi ajaran Allah dan RasulNya. Imam Hasan Al-Bashri berwasiat :

أَيُّهَا النَّاُس إِنَّمَا أَنْتَ أَيَّامٌ، كُلَّمَا ذَهَبَ يَوْمٌ ذَهَبَ بَعْضُكَ.

“Wahai manusia, ketahuilah bahwasanya engkau adalah (kumpulan) hari-hari, setiap ada sehari yang berlalu, maka hilanglah sebagian dari dirimu.”

 

Ma’asyiral muslimin, jama’ah Jum’ah rahimakumullah ..

  • Sudah berapa umur kita yang berlalu begitu saja …?
  • Sudah berapa amal taat yang telah kita kumpulkan sebagai investasi di sisi Allah …?
  • Sudah berapa pula, amal maksiat yang telah kita lakukan yang menyebabkan kita (nantinya) terseret kedalam Neraka …?

Marilah kita renungkan, dan segera bertobat untuk ‘mengukir” dengan amal taat terhadap Allah dan Rasulnya.

Umat Islam (termasuk kita yang hadir di masjid ini) telah diberi hidayah berupa Al-Qur’an dan As-Sunnah. Selanjutnya tinggal bagaimana kita menerjemahkan dalam kehidupan sehari-hari. Apakah kita termasuk zhalimun linafsih, muqtashid, atau saabiqun bil khairat bi idznillah.

Karena tak seorang pun di antara kita yang bercita-cita untuk mendekam dalam penjara.

Apalagi penjara Allah berupa siksa api Neraka yang bahan bakarnya dari manusia dan bebatuan. Tetapi semua itu terpulang kepada kita masing-masing. Kalau kita tidak mempedulikan syari’at Allah, tidak mustahil kita akan mendekam di dalamnya. Na’udzu billah.

Itulah ujian Allah kepada kita, sebagaimana sabda Rasul SAW.

حُفَّتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ وَحُفَّتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ.

“(Jalan) menuju Jannah itu penuh dengan sesuatu yang tidak disukai manusia, dan (jalan) Neraka itu dilingkupi sesuatu yang disukai oleh syahwat”.

Semoga Allah mengumpulkan kita dalam umat-Nya yang terbaik dan terjauhkan dari ketergelinciran ke dalam jurang kemaksiatan. Amin

 

 

اِنَّ اَحْسَنَ الْكَلاَمِ وَاَبْيَنَ النِّظَامِ. كَلاَمُ اللّهِ الْمَلِكِ الْعَلاَمِ ذِى الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ. وَاللّهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالى يَقُولُ بِقَوْلِه يَهْتَدِى الْمُهْتَدُوْنَ. اَعُوْذُبِاللّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْم

  • §NèO $uZøOu‘÷rr& |=»tGÅ3ø9$# tûïÏ%©!$# $uZøŠxÿsÜô¹$# ô`ÏB $tRϊ$t7Ïã ( óOßg÷YÏJsù ÒOÏ9$sß ¾ÏmÅ¡øÿuZÏj9 Nåk÷]ÏBur ӉÅÁtFø)•B öNåk÷]ÏBur 7,Î/$y™ ÏNºuŽöy‚ø9$$Î/ ÈbøŒÎ*Î/ «!$# 4 šÏ9ºsŒ uqèd ã@ôÒxÿø9$# 玍Î7×6ø9$# ÇÌËÈ

 

بَارَكَ اللّهُ لِى وَلَكُمْ فِى الْقُرْانِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِىْ وَاِيَاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الايَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ.  وَتَقَبَّلَ مِنِّىْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَّهُ هُوَالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ.

وَاَسْتَغْفِرُاللّهَ الْعَظِيْمِ لِىْ وَلَكُمْ وَلِسآئِرِالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَالْغَفُوْرُالرَّحِيْمُ.